Tadinya saya sedikit enggan posting cerita ini. Namun saya rasa, penting juga untuk mengabarkan kepada Anda semua. Terutama Anda yang belum mengalami hal ini. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Hari Senin, 11 Mei 2009, kantor kami, BPK RI Perwakilan Prov. Sulawesi Barat mendapat fax dari (ngakunya) Depkeu dengan kop surat Dirjen Perbendaharaan. Isinya adalah undangan untuk mengikuti Bimbingan Teknis Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Bimtek PBJP) pada tanggal 18-19 Mei 2009 di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Keesokaan harinya, Selasa, 12 Mei 2009, saya ditunjuk untuk mengikuti Bimtek tersebut. Senanglah hati saya, bisa terbang lagi ke Jakarta. Sore harinya, data diri saya fax kembali ke nomor di kop surat tersebut.
Rabu, 13 Mei 2009, saya akhirnya konfirmasi ke nomor yang tercantum pada surat atas nama Bpk. H. Marwan Nugroho, dengan nomor ponsel 085881666742. Percakapan awal terasa lancar. Namun, beberapa saat kemudian, terjadi keganjilan, sebagai berikut:
Alhamdulillah, tidak jadi tertipu.
Seketika itu juga, satu kantor saya langsung gempar. Tidak menyangka ada penipuan dengan modus operandi baru. Setelah ditelaah oleh Kasubag SDM, Hukum dan Humas kami, memang ditemukan beberapa kejanggalan dalam surat tersebut. Salah satunya, kalimat “Perpres 95 tahun 2007 sebagai Perubahan Keempat Keppres 80 tahun 2003, dst.” Padahal, seharusnya adalah “Perpres 95 tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keppres 80 tahun 2003, dst.” Ini adalah kesalahan yang fatal, karena salah dalam mencantumkan dasar hukum. Mana mungkin departemen sebesar Depkeu salah mencantumkan dasar hukum? Kejanggalan-kejanggalan lain rasanya tidak perlu saya ungkapkan lebih lanjut.
Sebenarnya ini bukan kasus pertama. Sebelumnya kasus ini pernah terjadi di Samarinda dan Jawa Barat (sesuai berita), di daerah lain juga pernah terjadi. Bahkan mungkin Anda pernah mengalami.
Terlepas dari ada tidaknya Bpk. H. Marwan Nugroho, atau orang tersebut memang dicatut namanya, dan tanpa bermaksud menyudutkan Dirjen Perbendaharaan akan adanya oknum dari dalam, kasus ini layak dicermati. Sebaiknya, mulai saat ini, periksalah kembali surat atau fax yang masuk ke kantor Anda. Atau, buat SOP tentang surat masuk. Termasuk juga, periksa ejaan dalam surat tersebut.
Pada akhirnya, saya hendak meminta maaf pada Mas Guntur, karena hampir tertipu gara-gara saya. “Nyuwun ngapunten nggih, Mas.”
“skeptisme profesional, bukan curiga, bukan pula percaya membabi buta” (Zulfikar Rizky, BPK RI Pwk. Prov. Sulteng)
Hari Senin, 11 Mei 2009, kantor kami, BPK RI Perwakilan Prov. Sulawesi Barat mendapat fax dari (ngakunya) Depkeu dengan kop surat Dirjen Perbendaharaan. Isinya adalah undangan untuk mengikuti Bimbingan Teknis Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Bimtek PBJP) pada tanggal 18-19 Mei 2009 di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Keesokaan harinya, Selasa, 12 Mei 2009, saya ditunjuk untuk mengikuti Bimtek tersebut. Senanglah hati saya, bisa terbang lagi ke Jakarta. Sore harinya, data diri saya fax kembali ke nomor di kop surat tersebut.
Rabu, 13 Mei 2009, saya akhirnya konfirmasi ke nomor yang tercantum pada surat atas nama Bpk. H. Marwan Nugroho, dengan nomor ponsel 085881666742. Percakapan awal terasa lancar. Namun, beberapa saat kemudian, terjadi keganjilan, sebagai berikut:
- Tidak ada pendaftaran via fax, pendaftaran hanya via ponsel;
- Tidak ada surat pemanggilan bagi peserta Bimtek;
- Biaya Bimtek 10 juta rupiah ditransfer ke rekening; (10 juta untuk 2 hari?)
- Waktu saya tanya tentang acara, malah orangnya sewot. Biasanya panitia orangnya ramah.
- Orang tersebut memaksa saya menyerahkan nomor rekening, dan uang hanya bisa ditransfer ke rekening dengan saldo minimal 3 juta rupiah. Padahal saldo saya tinggal 1 juta (:tersenyum getir)
- Akhirnya saya pinjam rekening teman kantor yang saldonya 4,9 juta.
- Di ATM, waktu mau cek apakah transfer sudah masuk, saya malah disuruh menekan tab ‘transfer’. Untung sebelum itu sudah ditelepon orang kantor untuk membatalkan transaksi, karena itu adalah penipuan berkedok baru.
- Pada akhirnya, ketika saya tanya, “Loh, kok transfer Pak? Bukannya saya harus menerima transfer?” eh, orangnya langsung tutup dia punya telepon. Waktu saya cek, nomornya sudah tidak aktif lagi.
Alhamdulillah, tidak jadi tertipu.
Seketika itu juga, satu kantor saya langsung gempar. Tidak menyangka ada penipuan dengan modus operandi baru. Setelah ditelaah oleh Kasubag SDM, Hukum dan Humas kami, memang ditemukan beberapa kejanggalan dalam surat tersebut. Salah satunya, kalimat “Perpres 95 tahun 2007 sebagai Perubahan Keempat Keppres 80 tahun 2003, dst.” Padahal, seharusnya adalah “Perpres 95 tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Keppres 80 tahun 2003, dst.” Ini adalah kesalahan yang fatal, karena salah dalam mencantumkan dasar hukum. Mana mungkin departemen sebesar Depkeu salah mencantumkan dasar hukum? Kejanggalan-kejanggalan lain rasanya tidak perlu saya ungkapkan lebih lanjut.
Sebenarnya ini bukan kasus pertama. Sebelumnya kasus ini pernah terjadi di Samarinda dan Jawa Barat (sesuai berita), di daerah lain juga pernah terjadi. Bahkan mungkin Anda pernah mengalami.
Terlepas dari ada tidaknya Bpk. H. Marwan Nugroho, atau orang tersebut memang dicatut namanya, dan tanpa bermaksud menyudutkan Dirjen Perbendaharaan akan adanya oknum dari dalam, kasus ini layak dicermati. Sebaiknya, mulai saat ini, periksalah kembali surat atau fax yang masuk ke kantor Anda. Atau, buat SOP tentang surat masuk. Termasuk juga, periksa ejaan dalam surat tersebut.
Pada akhirnya, saya hendak meminta maaf pada Mas Guntur, karena hampir tertipu gara-gara saya. “Nyuwun ngapunten nggih, Mas.”
“skeptisme profesional, bukan curiga, bukan pula percaya membabi buta” (Zulfikar Rizky, BPK RI Pwk. Prov. Sulteng)
23 komentar:
wah.. pengalam yang bisa buat pencerahan mas... makasih banget mas atas infonya..
kunjungan balik nih.. oh ya.. link mas juga udah aku pasang di blog ku... :)
Iya mas, sampai heboh semua. Pejabat2nya pada heboh juga. He3x.
Makasih Mas, sudah dipasang link-nya.
betul itu maz...
harus lebih hati2 lagi...
Iya Bang Mumu. Sekarang kalo nerima fax atau surat harus lebih selektif lagi.
Jangan mudah percaya dengan kop surat.
Untung Mas Dimaz lebih teliti ya.
Nekad juga tu penipu, bawa2 nama Depkeu segala padahal di server provider bakal tercatat NOMOR TLP, IMEI dan LOKASI.
Artinya... titik terang buat nangkap tu pelaku, tinggal olah2 dikit kena grebeg dah.
Semoga penipunya ikut baca. :D
eleuh
kantor pemerintah jg akan ditipu
dasar penipunya nih kebangetan :(
penipu sekarang makin pinter aja ya..
wah sampai segitunya ya mas... wow... :D
terima kasih sudah membagi pengalaman yang tidak enak ini dengan kami.
saya yakin Anda sudah berusaha meninggalkan 'comfort zone' untuk berani curhat. Kalau saya, mungkin tidak seberani anda karena takut dicemoohkan.
tulisan ini setidaknya mengingatkan saya untuk berhati-hati. maju terus Mas Dimaz
salam blogging
alhamdulillah,tidak jadi tertipu...
masih dilindungi Sang Pelindung Mas..
hehehe,...
Salam kenal
@ Mas Firza Abdi :
Iya Mas Firza, nekat sekali dia. Sampai sekarang saya juga tidak habis pikir. Modus baru Mas. Semoga tidak ada korban lagi.
Oya, selamat datang Mas Firza, salam kenal.
@ Mbak Asri :
Ya, begitulah Mbak Asri, zaman makin canggih, teknologi makin canggih, tukang tipu juga makin "canggih" wal nekat. Harus lebih hati-hati kita.
@ casual cutie :
Iya, Mas/Mbak (mungkin Mbak) casual cutie. Bukan cuma main pinter Mbak, tapi nekat, seperti kata rekan-rekan.
Salam kenal dari saya, dan selamat datang.
@ Mas Tri :
Penipunya sukses sekali Mas Tri. Setidaknya cukup membuat satu kantor heboh. Hehehe.
@ Mas Haris :
Sebelumnya, selamat datang Mas Haris.
Yah, sesuai tagline blog saya Mas HAris, "belajar dari sebuah perjalanan".
Semoga dengan ini, kita semua bisa belajar untuk tidak mudah percaya dengan kop surat. :)
Salam blogging Mas Haris.
Tetap berbagi ilmu dengan para pembaca.
@ Kisah Inspiratif Penjaga Semangat :
Mas Ary ya? Salam kenal juga, Mas Ary.
Alhamdulillah Mas Ary, tidak jadi tertipu.
Semoga bisa menjadi inspirasi Mas. :)
wah, info penting nih. makin canggih aje penipu jaman sekarang. tetep hati2...
@ cak Nouris :
Iye, Ris, ati-ati aja. Siapa tau kantor Kamu dapat fax kaya gitu juga. Harus lebih waspada.
Oke mas thx infonya
kayaknya kan semakin banyak lagi hal2 seperti itu akan terjadi....
Semua kembali lagi pada diri kita untuk pintar2 memilih dan memilah
wah, makin parah aja. Syukurlah gak sempat tertipu mas.. :)
@ Mas Ardy Pratama :
Iya Mas Ardy, alhamdulillah tidak jadi tertipu.
Selamat datang di blog saya, Mas Ardy, dan salam kenal.
harus lebih hati-hati nih....
@ Mas Agung :
Iya Mas Agung, harus lebih hati-hati. Makin lama makin banyak "orang pintar".
waduh serem juga tuh, model penipuan,
memang jaman sekarang kit harus lebih jeli terhadap penawaran atau apapun bentuknya yang sejenis seperti anda tulis mas.
sekarang banyak orang pintar mas, tapi sayang pintarnya nggak positif
salam sukses
@ Mas Candra :
Pintar dalam akalnya tidak diimbangi pintar dalam hatinya Mas. Yah, begitulah jadinya. Orang pintar buat "minteri", bukan untuk memintarkan.
Hehe, "pemaksaan frasa".
Kalau pintarnya positif, yakin saya contohnya ya, Mas Candra. Bisa bikin blog yang hebat. ^_^V
Sukses juga buat Mas Candra.
Posting Komentar