Ngomong-ngomong soal blogging, saya kemarin sempat puter-puter di dunia blog alias blogodwipa. Banyak yang menyatakan bahwa membangun sebuah blog, tidak bisa dilakukan dengan metode pembangunan Candi Sewu oleh Bandung Bondowoso. Hanya semalam, dengan bantuan jin, dan masih ngutang satu candi pula. Membangun blog ibarat membangun sebuah rumah. Harus dimulai dari pondasi, dari bawah, dst.
Nah, kali ini, saya tidak akan berkisah pembangunan sebuah blog, pembangunan Candi Sewu (minus satu), pembangunan jangka menengah lima tahun, atau pembangunan jangka panjang dua puluh lima tahun.
Biarlah pembangunan Candi Sewu kita serahkan pada Bandung Bondowoso saja. Pembangunan blog kita serahkan pada ahlinya, semacam Mas Hengky, Mas Haris, Mas Candra, Mas Habibie Reza, dan kawan-kawan. Sementara, pembangunan lima tahun mendatang, kita serahkan saja kepada presiden yang terpilih.
Oke, cukup basa basinya, lanjutkan!
Kali ini kita belajar membangun rumah berlantai dua saja.
Saya ambil sampel "rumah tetangga kos saya yang direncanakan berlantai dua".
Jadi, beberapa minggu terakhir, di sebelah kos saya,di rumah tetangga saya, terlihat banyak kesibukan. Nah, rumah tetangga saya ini, rencananya akan dibuat menjadi dua lantai. Siang, malam, tak kenal waktu, Pak Tukang merenovasi rumah, dan membuat penyangga di lantai satu.
Akhirnya, tiba saat-saat yang dinantikan. Di suatu siang yang cerah, saya dikagetkan dengan kedatangan tiga truk besar pengaduk semen, dan sebuah truk selang semen.
Saya pikir, sedang terjadi penyerbuan constructicon (anak buah Megatron dalam kartun Transformer).
Dan, siang itu terjadi kejadian penyemprotan semen di "calon lantai dua" rumah tetangga saya. Istilah orang Jawa "nge-dak".
Bukan masalah "nge-dak"-nya yang akan saya angkat di sini. Mengapa "hanya" untuk me"nge-dak" rumah "yang hanya" sebesar ini sampai dibutuhkan tiga truk pengaduk semen dan sebuah truk selang semen?
Bukankah ini sama dengan "membunuh nyamuk dengan basoka", pemborosan, atau show of power?
Tidak pernah saya lihat di Jawa, orang membangun rumah dengan mengerahkan truk-truk sebanyak itu. Begitu juga teman saya dari Medan, heran dengan metode pembangunan baru seperti ini.
Usut punya usut, ternyata, memang beginilah cara orang Makassar membangun rumah. Hmmm, "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya." Lain-lain budaya orang di negeri ini. Bersyukur saya dapat pengalaman baru.
Dan sepertinya, membangun rumah dengan cara seperti ini lebih cepat. Lebih cepat lebih baik, bukan?
Ah, andai saja Bandung Bondowoso kenal dengan persewaan truk ini, tidak akan ada Roro Jonggrang jadi patung.